Kamis, 17 Desember 2015

SEJARAH SENI RUPA MODERN DI INDONESIA



A.    Seni Rupa Modern Indonesia
Istilah “modern” dalam seni rupa Indonesia yaitu bentuk dan perwujudan seni yang terjadi akibat dari pengaruh kaidah seni Barat/Eropa. Dalam perkembangannya sejalan dengan perjuangan bangsa Indonesia untuk melepaskan diri dari penjajahan.

1.     Masa Perintis


Dimulai dari prestasi Raden Saleh Syarif Bustaman (1807–1880), seorang seniman Indonesia yang belajar kesenian di eropa dan sekembalinya di Indonesia ia menyebarkan hasil pendidikannya. Kemudian Raden Saleh dikukuhkan sebagai bapak perintis seni lukisan modern.

2.   Masa seni lukis Indonesia jelita (1920–1938)


Ditandai dengan hadirnya sekelompok pelukis barat yaitu Rudolf Bonnet, Walter Spies, Arie Smite, R. Locatelli dan lain–lain. Ada beberapa pelukis Indonesia yang mengikuti kaidah/teknik ini antara lain: Abdulah Sr, Pirngadi, Basuki Abdullah, Wakidi dan Wahid Somantri.

3.   Masa PERSAGI (1938–1942)


PERSAGI (Peraturan Ahli Gambar Indonesia) didirikan tahun 1938 di Jakarta yang diketuai oleh Agus Jaya Suminta dan sekretarisnya S. Sujoyono, sedangkan anggotanya Ramli, Abdul Salam, Otto Jaya S, Tutur, Emira Sunarsa (pelukis wanita pertama Indonesia). PERSAGI bertujuan agar para seniman Indonesia dapat menciptakan karya seni yang kreatif dan berkepribadan Indonesia.

4.   Masa Pendudukan Jepang (1942–1945)


Pada jaman Jepang para seniman Indonesia disediakan wadah pada balai kebudayaan Keimin Bunka Shidoso. Para seniman yang aktif ialah: Agus Jaya, Otto Jaya, Zaini, Kusnadi dll. Kemudian pada tahun 1945 berdiri lembaga kesenian dibawah naungan POETRA (Pusat tenaga Rakyat) oleh empat sekawan: Soekarno, Hatta, Ki Hajar Dewantara dan KH. Mansur.

5.   Masa Sesudah Kemerdekaan (1945–1950)


Pada masa ini seniman banyak teroragisir dalam kelompok–kelompok diantaranya: Sanggar seni rupa masyarakat di Yogyakarta oleh Affandi, Seniman Indonesia Muda (SIM) di Madiun, oleh S. Sujiono, Pusat Tenaga Pelukis Indonesia (PTPI) Djajengasmoro, Himpunan Budaya Surakarta (HBS) dll.

6.   Masa Pendidikan Seni Rupa Melalui Pendidikan Formal


Pada tahun 1950 di Yogyakarta berdiri ASRI (Akademi Seni Rupa Indonesia) yang sekarang namanya menjadi STSRI (Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia) yang dipelopori oleh RJ. Katamsi, kemudian di Bandung berdiri Perguruan Tinggi Guru Gambar (sekarang menjadi Jurusan Seni Rupa ITB) yang dipelopori oleh Prof. Syafe Sumarja. Selanjutnya LPKJ (Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta) disusul dengan jurusan – jurusan di setiap IKIP Negeri bahkan sekarag pada tingat SLTA.

7.   Masa Seni Rupa Baru Indonesia


Pada tahun 1974 muncul para seniman Muda baik yang berpendidikan formal maupun otodidak, seperti Jim Supangkat, S. Priaka, Harsono, Dede Eri Supria, Munni Ardhi, Nyoman Nuarta, dll.

B.    Ciri-ciri dan Unsur Modernisme (Desain dan Seni Rupa)
a.   Ciri-ciri seni modern (Desain dan Seni Rupa)
-      Minimalis
-      Rasionalitas/Rationality
-      Dominant bentuk-bentuk geometris
-      Tidak ada unsur ornament
-      Universal
-      Fungsionalitas diprioritaskan
-      Orisinalitas/kemurnian/purity
-      Penguatan dalam konsep
-      Kreativitas
-      Memutus hubungan dengan sejarah

b.   Unsur-unsur Modernisme
-      Eksperimen
-      Pembaruan (Inovation)
-      Kebaruan (Novelty)
-      Orisinalitas

C.    Fungsi dan Tujuan Seni Modern
Memberi warna baru terhadap kebutuhan manusia baik secara fisik maupun psikis
a.   Fisik :
·         Munculnya bentuk-bentuk desain arsitektur yang baru dan desain-desain lainnya seperti  alat-alat transportasi, fashion dll
b.   Psikis:
·         Mengurangi kejenuhan penikmat karya seni, karena muncul berbagai aliran baru  seperti pada seni lukis dan cabang seni lainnya.
·         Meningkatkan popularitas para seniman, karena seni modern  selalu menyertakan nama senimannya pada setiap karya yang diciptakan.
Memberikan kemudahan masyarakat, karena banyak penemuan-penemuan baru dari hasil eksperimen para seniman modern.